Rabu, 27 Juni 2012

Ingin anak mau orang dewasa

Sudah memasuki waktu libur sekolah kebahagian yang dirasakan oleh anak-anakku juga teman-teman seusianya lepas dari tuntutan formal harus belajar . Padahal belajar tak harus duduk diam dan memegang buku .Segala aktifitas dapat dikatakan  proses belajar . Proses belajar dari tidak tahu  sesuatu menjadi tahu sesuatu merupakan kegiatan belajar kognitif . Proses dari memperbaiki perilaku negatif menjadi positif merupakan proses belajar afektif. Dan kegiatan yang mungkin dianggap sepele hanya sekedar bermain-main berdasarkan pengamatan orang dewasa hal itu pun sebenarnya dapat dikatakan proses belajar psikomotorik , contoh bermain lempar bola , bermain petak umpet , main sepeda dll. Namun seringkali orang dewasa ( tak terkecuali saya juga) berpikir terlalu sempit. Belajar ya baca buku . Padahal saat anak bersosialisasi dengan temannya dan terkadang terjadi konflik kemudian dengan cara mereka menyelesaikan itu pun mereka lagi belajar proses kognitif dan afektif. Seperti yang terjadi beberapa hari yang lalu . Putra/i ku menyatakan diri sudah bebas tak ada beban mengerjakan pr dari sekolah lagi karena sudah selesai ujian dan tinggal menunggu pembagian raport. Walau kewajiban rutin yang berkaitan dengan aturan di rumah mereka tetap harus lakukan. Meminta ijinlah mereka untuk bermain dengan teman-teman di rumah , bahagia banget karena biasa tak ada ijin untuk bermain di malam  selepas sholat maghrib. Pulang dari bermain walau ada kegirangan tetap ada gerutuan yang isinya seperti ini : Sebel deh kakak dengan pak G , dia parkir mobil dilapangan bulutangkis padahal dia punya garasi , kita lari-larian dia marah ,awas kalo mobil saya sampe lecet ganti . Dan komentar saya waktu itu adalah yang harus diganti apanya? Mobilnya atau lari-lariannya . Akhirnya gerutuan tersebut menjadi renungan bagi saya sebagai orang tuanya . Pertama ternyata orang dewasa pun begitu picik dan kekanak-kanakan dengan sikapnya. Anak yang harus memahami maunya orang tua  bukan sebaiknya anak butuh dimengerti kemanuannya . Kedua ternyata proses berpikir kritis sudah dilakukan anakku dengan mereka menganalisa dan merasakan rasa sebal dan keberatan dari perilaku orang dewasa yang egois.Kognitif-afektif -psoomotorik dilakukan dalam waktu yang sama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar