Memasuki hari ke 3 mesin elektronik di lembaga ku
rusak.Semua yang datang dengan sangat tergesa-gesa dibuat kecele. Ah ternyata
masih ngadat. Tau begitu dari tadi balik deh ngapain juga nungguin sampe sore,
begitu gerutuan aku dan rekan-rekanku. Hidup kok jadi diatur dengan mesin .
Bagaimana kita mau jadi manusia, hidup kita saja masih diatur oleh robot. Oh
kasihannya nasib manusia tak bisa memiliki dirinya sendiri. Kehadiran mesin /
robot menafikan keberadaan perasaan manusia yang memiliki rasa untuk dipahami
karena keunikkannya. Apakah hanya dengan cara seperti itu untuk mengajarkan
tentang pemahaman disiplin. Ingat sewaktu mengiktu prajabatan tahun yang lalu ,
para peserta diklat dikondisikan untuk mematuhi aturan –aturan tertentu.
Efektif hanya untuk waktu itu . Selesai kegiatan prajab apakah pola yang pernah
dijalani selama mengikuti diklat masih tetap dilakukan ….jawabannya adalah kalo
ada yang bisa dibuat mudah kenapa harus cari sesuatu yang sulit. Dan Tuhan juga
sudah menciptakan manusia dengan karakter dasar mencari sesuatu yang
menyenangkan dirinya. Tapi justru yang membingungkan para pengambil kebijakan
membuat aturan dengan menerapkan aturan yang semakin tak manuasiwi. Apakah para
pengambil kebijakan juga sudah berubah jadi robot ya. Sehingga tak lagi
mendengar alasan untuk mau memahami .Menutup hati dan perasaan dengan
penciptaan kodrat manusia untuk dipahami.Belum lagi dengan ditambah sikap
arogan penguasa . Dengan membuat kebijakan tambahan yang semakin mengada-ada.
Merasa dengan membuat kebijakan yang katanya “ untuk disiplin “ akan menaikkan
pamornya . Padahal tetap saja kodratnya masih manusia biasa kalau bisa cari
yang mudah kenapa harus cari yang susah . Hanya sekedar mencari citra dari
atasannya lagi . Berbeda apabila ada kepentingannya dia akan menunduk-nunduk
kebawah meletakkan harga diri yang tadinya ditempatkan diatas kepala .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar