Sabtu, 09 Juni 2012

Mengajar anak mengajar cucu

Saat temanku datang sepulang dari seminar mengabarkan suatu berita. Aku tak bisa mengatakan berita baik juga karena jadi berpikir akan banyak yang harus difikir ulang apabila usul tersebut jadi diwujudkan. Usul itu berbunyi tentang rencana pemerintah untuk menambah usia pensiun para PNS guru menjadi 70 tahun. Hal yang kemudian menjadi pertimbangan pemikiran adalah kenapa begitu egoisnya harus menambah usia pensiun sementara para generasi muda yang baru lulus begitu kesulitan mencari pekerjaan. Apakah usia pensiun hingga 70 tahun masih bisa dikatakan produktif untuk umumnya orang Indonesia. Padahal seringkali antara usia guru pengajar dengan siswa yang diajarnya terpaut cukup jauh. Apabila dahulu saat para guru yang mengajar pertama kali di usia 20 tahunan terhitung baru lulus kuliah masih disebut sebagai guru junior dan siswa yang diajar berusia 13-16 tahun ( untuk jenjang SMP ) dapat dikatakan kakak yang mengajar adiknya . Usia tak terpaut jauh dan pola pikir masih bisa dikatakan nyambung.Melewati 20 tahun mengajar usia si guru juga bertambah sudah memasuki kehidupan rumah tangga dan mengajar siswa yang bisa dikatakan orang tua yang mengajar anak-anaknya. Memasuki 30 tahun mengajar saat sang guru hampir menjelang usia 60 tahun , sang guru dapat dikatakan mulai mengajar cucu. Karena adik-adik dan anak-anak yang dulu menjadi muridnya telah pula memiliki putra/i.Masih diajar oleh guru yang sama pula bisa dikatakan sang guru mulai mengajar cucu. Pola pikir ,tantangan zaman , gaya pergaulan sangat berbeda dan hal –hal ini seringkali menjadi benturan antara guru dan siswa. Sang guru beranggapan belajar sama seperti yang dulu dia terapkan untuk orang tuanya dan coba pula diterapkan untuk murid –cucu . Ternyata tak ampuh lagi terjadilah hal yang tak diinginkan marah dan mengatakan dasar anak sekarang berisik saja tapi gak bisa apa-apa itu ungkapan yang keluar karena jengkel melihat murid –cucu yang tak patuh aturan. Lantas bagaimana apabila usia pensiun ditambah . Bisa-bisa sang guru sudah tak mengajar cucu tapi mengajar cicit. Setelah itu bagaimana pula nasib para generasi yang baru lulus dan sedang membangun kehidupannya. Bukankah hal tersebut malah bisa disebut menghambat regenerasi. Ketika hal itu didengar oleh rekanku yang usia pensiun tinggal bebberapa tahun lagi yang diungkapkan malah kapan saya bisa mengurus diri dan beribadah dengan tenang. Bukan berarti mengajar tak termasuk ibadah tapi saat usia menjelang senja harapan yang tersimpan adalah berkumpul bersama keluarga dan menikmati hasil tanaman yang selama ini ditanam. Melihat keluarga sendiri anak-anak dan cucu tumbuh besar dan mandiri. Hidup bersama keluarga dengan penuh kebahagiaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar