Minggu, 28 Juli 2013

???

Ibu , guru bahasa Indonesia ? , dialog dibuka dengan pertanyaan itu ketika aku menutup buku " Guru Gokil Murid Unyu " karangan J Sumardianta . Mataku mulai mengantuk dan ingin tidur sebentar sebelum sampai stasiun tujuan ku . Urung aku tidur malah akhirnya ngobrol dengan rekan baruku itu . Aku yakin rekan baruku itu juga pasukan pencerdas generasi bangsa dapat dikenali dari seragam yang berwarna biru dongker . Aku menjawab bukan , saya guru BK . Agak heran rekan baruku tadi dan kembali bertanya , kok bacaannya seperti guru bahasa Indonesia? Sekarang gantian aku yang bingung dan berpikir . Emang kalo baca buku harus guru bahasa Indonesia ya ???
Pertanyaan itu terus menerus terngiang -ngiang di pikiranku . 
Bagaimana mo jadi guru yang gokil ya kalo pinjam istilahnya pak Sumar urusan membaca saja harus terkotak -kotak . Mungkin yang paling dianggap aneh nantinya hanya guru Penjaskes ketika suka membaca . Harusnya kan mereka melakukan aktifitas fisik , seperti berlari , berenang . 
Ampuuuuuun gimana mau membimbing generasi masa depan yang tangguh kalo untuk membuka jendela dunia saja selalu dikaitkan dengan mapel yang diampu . Bukankah masing-masing ilmu selalu ada keterkaitan dengan ilmu yang lain ? Dan urusan membaca , belajar tak selalu harus ada kaitanya dengan menyambut ujian nasional kan ? 
Semakin sempit semakin terkotak .....Tantangan generasi penerus adalah dunia digital tanpa batas dan juga mungkin tanpa sensor . Apa yang akan terjadi ketika guidancenya masih paradigma lama , belajar hanya dibatasi ruang segi empat ? Dan membaca hanya untuk urusan ujian seperti panduan di buku paket yang dibagikan dari sekolah .........?????

Tidak ada komentar:

Posting Komentar