Sabtu, 20 April 2013

Semakin Galau

Ternyata perputaran waktu semakin cepat berlalu. Tak terasa semakin dekat juga UN yang harus dihadapi . Kalau kemaren pernah menulis tentang galaunya orang dewasa menghadapi UN ( orang tua dan guru ) . Dan sekarang anak didikku terlihat semakin galau . Diakhir kbm untuk siswa kelas 9 selalu terucap , ibu saya takut tidak lulus.Walau tetap ada cerita-cerita lucu tentang galaunya mereka menjelang UN . Belum lagi tekanan yang katanya nasehat tapi dikemas dengan bungkusan intimidasi . Membuat semakin tertekanlah mereka menghadapi situasi menjelang UN yang membuat hati semakin galau tak menentu. . Kasihan untuk yang punya diri dan yang akan mengjadapi ujian . Tak punya pilihan untuk menentukan pilihan . Berwujud manusia yang secara kodrat ciptaan Allah dianugrahi perasaan dan keinginan untuk dirinya sendiri . Namun kenyataannya hanya memiliki fisik tapi tidak untuk jiwanya . Jiwa anak didik dimanapun mereka berada di seluruh Indonesia tak punya hal untuk memilih dan memutuskan akan keinginannya . Ketika di penghujung jenjang pendidikan tak ada pilihan yang bisa diambil . Yang ada keputusan mutlak sekolah " LULUS" . 
Tak mau tahu atau tak peduli dengan beban psikologis yang dirasakan siswa . Menganggap urusan psikologis urusan nomer akhir yang menjadi pembahasan manakala yang mengalami tekanan sudah masuk dalam kategori stres berat . Apabila yang terlihat secara fisik masih segar bugar , dianggap masih jauh dari stres#sambil nepuk jidat ....
Ibarat air yang dituang kedalam kedalam suatu wadah entah gelas atau mangkuk. Ketika terus menerus dituang ya pasti akan luber dan mungkin juga air pertama yang dituang ke wadah itupun akan berganti dengan air baru yang baru dituang .Tak ada bekas yang menempel lama. Begitu ironisnya pendidikan di negri tercinta ini. 
Setiap siswa pada jenjang akhir disekolah dituntut untuk belajar, belajar, belajar . Dan konsep belajar adalah belajar menghafal saja tepatnya. Duduk diam membaca buku, mengerjakan soal latihan . Itulah aktifitas belajar .Ketika siswa melakukan aktifitas psikomotorik itu tak termasuk dalam ranah belajar kali ya. (menurut pemahaman awam ) . Dan semakin menjadi-jadi ketika penilaian siswa hanya dilihat dari ekmampuannya menyelesaikan soal-soal yang berbentuk mungkin hafalan tadi. Terjadi pembiasaan dalam pengulangan menyelesaikan masalah . Apakah hal demikian bisa dikatakan peserta didiknya "smart"( jawab sendiri saja ) . Namun mankala siswa begitu aktif melakukan aktifitas dan mengalami kesulitan menghafal  label " bodoh " langsung terstempel .Oh kasihan . Dan UN adalah kegiatan menakutkan bagi siswa yang mendapat label negatif . Beban psikologis semakin beratlah bagi mereka . Seakan akan UN menjadi harga mati bagi mereka #edisi galau guru yang peduli psikologis siswa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar