Sabtu, 13 April 2013

Tersenyum

Saat sedang ngawas Try out siswa terdengar alunan lagu lawas yang aku lupa penyanyi dan penciptanya . Tapi liriknya cukup menggelitik untuk mengingat masa -masa sulit yang pernah terjadi . " Tersenyum dianya padaku , manis, manis,manis . Lirik lagu lawas tersebut bercerita tentang seseorang yang sedang jatuh cinta dan bahagia sekali ketika pujaan hatinya mengajak tersenyum . Tapi bagiku lirik lagu tersebut tidak membuatku tersenyum mengingat masa gubrak cinta ( falling in love ) . Lirik lagu itu membuatku tersenyum karena mengingat masa sulit dengan pimpinan di tempatku bekerja yang arogan dan suka mengintimidasi . 
Ketika itu posisi karierku sangat tidak aman . Dan keadaan simbiosis mutualisma amat dibutuhkan . Aku butuh tanda tangannya untuk mencairkan gaji bulananku. Dan dia sebagai pimpinan butuh bukti fisik kerjaku untuk penilaian kinerjanya . Sama-sama butuhkan ??? Tetapi berhubung dia bertipe pimpinan arogan yang inginnya dihargai dan disanjung-sanjung . Bertemu dengan bawahan seperti aku yang tak hobi menjilat. Kloplah untuk saling membenci . Walau aku tetap melakukan kerja secara profesional tetap dalam pandangan subjektifnya , aku mengganggu dirinya
Ingat sekali menjelang waktu penanda tanganan berkas aku butuh dirinya untuk membubuhkan tanda tangannya . Dan dengan gaya arogannya dia menasehati aku . Tapi pandangan subjektifku dia sedang mengintimidasi bawahannya dengan kalimat yang diucapkannya " nasib ibu ada di tangan saya " .Hohoho kalau aku sebagai bawahan yang penakut mungkin aku tunduk dan patuh dengan ucapannya . Berhubung aku mbalelo ( istilah negetop di zaman orba ) aku malah berkomentar atasan saya kan bapak , makanya saya minta tanda tangan ke bapak , apabila atasan saya ( aku sebut nama salah satu sekuriti ) pasti saya minta tanda tangannya sama dia.jawabku dengan enteng. Dan ternyata jawaban spontanku tak membuatnya berkenan . Ya singkat cerita selalu terjadi perbedaan pendapat antara maunya dan mauku . Hingga pada suatu hari setelah liburan Idul fitri ketika bersalaman saat halal bi halal berucaplah dia , bu , sekarang kita 0-0 ya . ( kayak iklan pertamina kala itu ) . Sambil terdengar sayup-sayup suara rekanku yang menggoda dengan lagu tersenyum dianya padaku , kujawab tanpa basa -basi najis, najis, najis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar