Sabtu, 14 Mei 2011

Anak

Tadi pagi saat membaca satu buku yang penuh inspiratif tulisannya Nurul Huda, menyadarkanku yang saat ini sudah menjadi orang tua. Bahwa anak , saat menjadi anak merupakan mahluk yang sangat rentan dengan berbagai informasi dan pengalaman yang terkadang dapat menyesatkan dirinya dalam memahami tentang kehidupan. Dan tak jarang hal itu justru didapat dari mahluk yang biasanya disebut sebagai orang dewasa yang sudah melewati berbagai fase kehidupan. Secara tak disadari oleh orang dewasa yang juga sudah berstatus sebagai orang tua mengecilkan arti dan peran sang anak yang memiliki pikiran dan perasaan. Pemikiran sebagai orangtua ,anak hanya memiliki hak untuk mendengar, menuruti, mematuhi keputusan orang tua. Sedemokratis-demokratisnya pola asuh yang diterapkan oleh orangtua dalam mendidik anak-anaknya, di saat tertentu pasti pernah mengucapkan suatu kalimat yang mengecilkan peran anak, " kamu cuma anak kecil, tau apa...?" atau "itu bukan urusan kamu, masih kecil...?" Sebegitu tak berdayanya anak ya.Atau ada juga anak dianggap sebagai investasi jangka panjang, yang saatnya memanen nanti orang tua memiliki hak lebih besar dari si anak itu sendiri. Apakah kita sebagai orang tua yang sudah melupakan bagaimana rasanya saat menjadi anak, dan diperlakukan dengan tidak menyenangkan oleh orang tua kita dahulu. Untuk bahan renungan bagi saya, anak adalah titipan mukjijat dari Allah kepada hambanya yang diberi kepercayaan, ingat tidak semua orang diberi kepercayaan untuk memiliki anak, walau telah melakukan aktifitas seksual. Karena itu bagi kita yang telah diberi kepercayaan untuk memiliki keturunan hendaklah menjaga dengan baik titipan Allah tersebut, laiknya titipan si penitip barharap barang titipannya benar-benar dijaga dengan baik dan saat harus dikembalikan pada yang menitip yang menitip akan merasa puas.Dalam salah satu surat Al Quran ada disebutkan hartamu dan anak-anakmu adalah cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah pahala yang besar , ( QS. Al Anfal (8) : 28 ) . Cobaan atau ujian tidak selalu berupa kesulitan, kekurangan , kesedihan. Allah memiliki hak penuh untuk memberi ujian kepada hambanya berupa kesedihan atau kesenangan, saat dikaruniai cobaan berupa anak yang kurang sempurna tak jarang sebagai orang tua kita merasa tidak siap dan menyalahkan yang memberi ujian ( Allah) . Tetapi akan lain cerita saat di beri karunia anak yang sempurna , sebagai orang tua kita sering lupa dan berkata ini lo anak saya , dia juara lo,cantik kan kaya siapa dulu dong... kita lupa anak itu adalah ciptaan Allah sehingga merasa kita lah yang telah berbuat banyak dan akhirnya merasa memiliki penuh kehidupan anak kita. Ada satu tulisan dari penyair dunia Khalil Gibran yang benar-benar menyentuh hatiku, saat itu aku membacanya masih sebagai anak, dan sekarang saat aku mengingat kembali tulisan itu sudah sebagai orang tua, semoga bisa membuatku selalu ingat saat menjadi anak dan sebagai orang tua.

Bicaralah pada kami tentang anak keturunan,
Maka jawabnya anakmu bukan milikmu
Mereka putra putri sang hidup yang rindu pada diri sendiri
Lewat engkau mereka lahir
Namun tidak dari engkau
Mereka padamu tapi bukan hakmu
Berikan mereka kasih sayangmu
Tapi jangan sodorkan bentuk pikiranmu
Patut kau berikan rumah untuk raganya
Tapi tidak untuk jiwanya
Sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan
Yang tidak dapat kau kunjungi sekalipun dalam impian
Kau boleh berusaha menyerupai mereka
namun jangan membuat mereka menyerupai mu
Sebab kehidupan tidak berjalan mundur
pun tidak tenggelam di masa lalu.
Sebab pada mereka ada pikiran sendiri

2 komentar:

  1. kata orang bijak : Seorang ibu yang mencintai anaknya sepenuh hati akan membuat anak itu memiliki peluang besar untuk sukses, semakin ibu itu yakin bahwa anaknya bisa melakukan sesuatu, akan semakin berkembang kemampuannya di kemudian hari, dan ayah yakin anak-anak kita mempunyai seorang ibu seperti itu.

    BalasHapus
  2. Amin...semoga doa kita sebagai orang tua dikabulkan Allah SWT...agar dapat bersama menjaga, mendidik amanat yang dititipkan Allah kepada kita.

    BalasHapus